Cerita Lebaranku

 

Cerita Lebaranku


Lebaran tahun 2023 tak terasa sudah di depan mata. Esok hari, masyarakat muslim di Indonesia akan menyambut hari kemenangan dengan suka cita. Pada lebaran tahun ini, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun, kami sekeluarga akan merayakan hari raya dengan berkumpul di rumah Nenek. Lebaran bagi keluarga kami menjadi momen yang cukup berharga, hal ini karena kami bisa berkumpul dan mempererat tali persaudaraan.

Lebaran kali ini, banyak sepupu saya yang berasal dari luar kota pulang ke Solo. Hal ini tentunya amat menyenangkan, mengingat kami sudah cukup lama tidak bertemu. Menjelang hari raya, kami (para cucu-cucu) memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah nenek, bahkan 2 hari sebelum hari raya kami menginap di rumah Nenek.

Pada hari Jum’at, kami membersihkan ruang tamu dan menata meja, sementara para orang tua kami memasak di dapur untuk persiapan hari raya esok. Di siang hari itu, ada salah satu sepupu saya nyeletuk, “Ntar sore enak kali yaa jalan-jalan ke Jogja”. Mendengar celetukan itu, sayapun langsung menjawab, “Boleh, ayook”. Pada waktu itu, kami memutuskan untuk berangkat selepas sholah Dzhuhur. Kami berangkat berempat, yakni saya, adik saya, serta dua sepupu saya.

Setiba di Jogja, kami langsung menuju ke alun-alun utara. Di sana kami asyik berjalan-jalan dan mengabadikan momen sambil menikmati suasana Jogja. Kami mengitari alun-alun utara, sampai di depan Keraton, di sana kami makan, karena tidak pas rasanya kalau di Jogja tidak menikmati kuliner makanannya. Sore itu, kami menyantap Gudeg yang tentunya menjadi makanan otentik wilayah Jogja. Menjelang Maghrib, sekitar pukul 5 sore kami bergegas menuju malioboro untuk membeli oleh-oleh. Sesudah oleh-oleh terbeli, kami langsung bergegas untuk pulang.

Kami tiba di rumah Nenek sesudah Isya. Pada waktu itu, gema takbir mengiringi malam hari menambah semarak dan suasana lebaran. Dikarenakan sudah cukup lelah setelah berjalan-jalan di Jogja, malam menjelang hari raya kami nikmati hanya dengan duduk dan mengobrol, sambil menikmati camilan di depan rumah. Kami asyik bertukar cerita, saling berbagi pengalaman lucu, curhat-curhat masalah kehidupan, serta mengingat dan mengenang masa kecil. Kami mengobrol hinggal larut malam, sampai pada pukul 01.00 kami memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Di pagi hari, kami terbangun dan langsung disibukkan dengan persiapan melaksanakan sholat Idul Fitri. Menunggu giliran waktu mandi menjadi momen yang agak menjengkelkan namun mengasyikan juga. Dua sepupu saya yang kebetulan perempuan, serta saya dan adik saya yang laki-laki tentunya memiliki kebiasaan yang berbeda dalam hal mandi. Perempuan yang notabene sering menghabiskan waktu cukup lama dalam hal mandi, membuat saya dan adik saya ngedumel. Nenek saya yang mendengar kegaduhan kami di belakang, langsung mendatangi dan meminta saya memakluminya, Nenek hanya bilang “Jenenge wong wedok le, koe sing lanang kudu sabar”. Saya sendiri menyahuti Nenek dengan nada bercanda, “Sabar yo sabar Mbah, tapi nek tekan Masjid pas wis khotbah kan yo ra lucu”. Akhirnya pada waktu itu kami tiba di masjid dengan tepat waktu, dan menjalankan Sholat Ied dengan Lancar

Sesudah sholat, saya berhalal-bihalal terlebih dahulu dengan orang tua, saudara, teman-teman di Desa. Pada momen inilah kami dapat merasakan anekan jajanan yang tersaji di rumah-rumah saudara ataupun tetangga sekitar, seperti aneka kue, kacang-kacangan, jajanan tradisional, serta makanan berat seperti kupat, lontong, dan opor. Seusai berhalal-bihalal dan puas mencicipi aneka hidangan yang tersaji dari rumah kerumah, saya memutuskan untuk pulang. Kami satu keluarga kemudian berangkat ke rumah Nenek, dan di sanalah kami berkumpul menikmati hari raya nan fitri ini.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Membeli Gitar? Inilah 6 Tips Untuk Kalian yang Ingin Membeli Gitar

Jejak Sejarah Peninggalan Paku Buwono IX di Desa Langenharjo